REGISTER BAHASA NELAYAN DI KECAMATAN DUKUHSETI KABUPATEN PATI

 

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Manusia adalah mahluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan selalu berintraksi dan berkomunikasi dengan mahluk sosial lainnya, untuk keperluan tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus bahasa dalam kelompok. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya keanekaragaman bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik yang menyebabkan berbeda dengan bahasa lainnya.

Perkembangan bahasa yang searah dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah ubah antara lain dibuktikan dengan penggunan bahasa sebagai alat tertentu yang dikenal dengan variasi bahasa seperti variasi jargon,slang, dan register.

Di dalam studi sosiolinguistik bahasa tidak hanya dipahami sebagai sistem tanda saja, tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian dari kebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, di dalam kajian bahasa dengan rancangan sosiolinguistik senantiasa akan memperhitungkan bagaimana pemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor sosial itu, antara lain: status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin dan sebagainya. Selain itu bentuk bahasanya dipengaruhi oleh faktor situasional, misalnya : siapa yang berbicara, bagaimana bentuk bahasanya, kepada siapa, kapan, dimana, dan mengenai masalah apa. Hal ini mungkin akan memunculkan kosa kata yang sebenarnya belum ada di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Misalnya dalam kutipan dialog berikut.

P     : Piye kang, nyarak ta ora re? (bagaimana kang, dapat ikan banyak tidak?)

MT : Luwung kang, alhamdulillah. (lumayan kang, alhamdulillah)

 

Kata nyarak khas di dalam bahasa nelayan, karena kata ini tidak dijumpai dalam bidang yang lain misalnya perdagangan, kedokteran, dan lain-lain. Kata ini mungkin khas ada di register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati. Register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati menarik untuk diteliti karena saya melihat ada ciri khas penggunaan bahasa orang-orang yang berprofesi sebagai nelayan itu kalau berbicara dengan keras dan sedikit tinggi. Namun, bukan masalah keras atau tidaknya bahasa yang digunakan oleh para nelayan di Kecamatan Dukuhseti yang akan saya teliti, melainkan bahasa yang digunakan para nelayan dalam komunitasnya. Mungkin hal ini termasuk dari register para nelayan dan saya bermaksud untuk mengkaji lebih lanjut.

B.  Rumusan Masalah

1.      Penelitian ini mendeskripsikan bentuk register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

2.      Fungsi regiater apa yang terdapat dalam bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

 

C.  Tujuan

1.      Mendeskripasikan bentuk register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

2.      Mendeskripsikan fungsi regiater yang terdapat dalam bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

 

D.  Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap pengembangan disiplin ilmu linguistik, khususnya teori di bidang sosiolingistik.

2.      Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan bagi khlayak untuk mengetahui bentuk dan fungsi register bahasa nelayan di Kecamatan Kabupaten Pati.

TINJAUAN PUSTAKA

A.  Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai register telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Arief Soertiawan tentang “Register dalam Interaksi di Bengkel Motor Raja Pajang Surakarta” tahun 2012 dan “Register Di Kalangan Remaja Pada Tabloid Gaul dan Asian Plus” yang dilakukan oleh Devy Elfayanti Karmana pada tahun 2013.

 Penelitian Arief Soertiawan tentang “Register dalam Interaksi di Bengkel Motor Raja Pajang Surakarta”, berisi karakteristik pemakaian bahasa, register pemakaian bahasa, dan kosa kata khusus yang digunakan dalam berinteraksi. Perbedaannya terdapat pada objek kajiannya dan analisissnya karena dalam penelitian ini saya mendeskripsikan bentuk dan fungsi register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

Penelitian Devy Elfayanti Karmana tentang “Register Di Kalangan Remaja Pada Tabloid Gaul dan Asian Plus”, berisi genre register, bentuk lingual register, pola register, dan makna kontekstual dan makna leksikal register pada tabloid Gaul dan Asian Plus. Perbedaan dengan penelitian yang saya kaji adalah pada objek data dan analisis datanya karena saya mendeskripsikan bentuk dan fungsi register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

 

B.  Landasan Teori

1.      Sosiolinguistik

Sosiolinguistik berasal dari kata “sosio” dan “ linguistic”. Sosio sama dengan kata sosial yaitu berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membicarakan bahasa khususnya unsur- unsur bahasa dan antara unsur- unsur itu. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun teori-teori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa. Berdasarkan pengertian sebelumnya, sosiolinguistik juga mempelajari dan membahas aspek –aspek kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan- perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor- faktor kemasyarakatan ( Nababan 1993:2). Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik tidak hanya mempelajari tentang bahasa tetapi juga mempelajari tentang aspek-aspek bahasa yang digunakan oleh masyarakat.

Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dengan linguistik, dua bidang ilmu empiris yang mempunyai kaitan erat. Sosiologi merupakan kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalammasyarakat, lembaga- lembaga, dan proses sosial yang ada di dalam masyarakat. Sosiologi berusaha mengetahui bagaimana masyarakat itu terjadi, berlangsung,dan tetap ada. Dengan mempelajari lembaga- lembaga, proses social dan segala masalah social di dalam masyarakat, akan diketahui cara- cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, bagaimana mereka bersosialisasi, dan menempatkan diri dalam tempatnya masing- masing di dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari tentang bahasa, atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu dalam masyarakat (Chaer dan Agustina 2003: 2).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah antardisipliner yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan tersebut. Selain sosiolinguistik ada juga digunakan istilah sosiologi bahasa. Banyak yang menganggap kedua istilah itu sama, tetapi ada pula yang menganggapnya berbeda.

Ada yang mengatakan digunakannya istilah sosiolinguistik karena penelitiannya dimasukii dari bidang linguistik, sedangkan sosiologi bahasa digunakan kalau penelitian itu dimasuki dari bidang sosiologi.Fishman (dalam Chaer 2003: 5) mengatakan kajian sosiolinguistik lebih bersifat kualitatif.Jadi sosiolinguistik berhubungan dengan perincian- perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya, seperti deskripsi pola-pola pemakaian bahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topic, latar pembicaraan. Sosiolinguistik memandang bahasa pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi konkrit. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti mempelajari tentang bahasa yang digunakan dalam daerah tertentu atau dialek tertentu. Ditinjau dari nama, sosiolingustik menyangkut sosiologi dan linguistik, karena itu sosiolinguistik mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kedua kajian tersebut. Sosio adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa.Jadi kajian sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (Sumarsono 2004:1).

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik berarti ilmu yang mempelajari tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat tertentu. Sosiolinguistik cenderung memfokuskan diri pada kelompok sosial serta variabel linguistik yang digunakan dalam kelompok itu sambil berusaha mengkorelasikan variabel tersebut dengan unit- unit demografik tradisional padailmu-ilmu sosial, yaitu umur, jenis kelamin, kelas sosio- ekonomi, pengelompokan regioanal, status dan lain- lain. Bahkan pada akhir-akhir ini juga diusahakan korelasi antara bentuk-bentuk linguistik dan fungsi- fungsi sosial dalam interaksi intra-kelompok untuk tingkat mikronya, serta korelasi antara pemilihan bahasa dan fungsi sosialnya dalam skala besar untuk tingkat makronya(Ibrahim, 1995:4).

Sosiolinguistik menyoroti keseluruhan masalah yang berhubungan dengan organisasi sosial perilaku bahasa, tidak hanya mencakup perilaku bahasa saja, melainkan juga sikap-sikap bahasa, perilaku terhadap bahasa dan pemakaian bahasa.Dalam sosiolingustik ada kemungkinan orang memulai dari masalah kemasyarakatan kemudian mengaitkan dengan bahasa, tetapi bisa juga berlaku sebaliknya mulai dari bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala-gejala kemasyarakatan.

Sosiolinguistik dapat mengacu pada pemakian data kebahasaan dan menganalisis kedalam ilmu-ilmu lain yang menyangkut kehidupan sosial, dan sebaliknya mengacu kepada data kemasyarakatan dan menganalisis ke dalam linguistik. Misalnya orang bisa melihat dulu adanya dua ragam bahasa yang berbeda dalam satu bahasa kemudian mengaitkan dengan gejala sosial seperti perbedaan jenis kelamin sehingga bisa disimpulkan, misalnya ragam (A) didukung oleh wanita ragam (B) didikung oleh pria dalam masyarakat itu. Atau sebaliknya, orang bisa memulai dengan memilah masyarakat berdasarkan jenis kelamin menjadi pria- wanita, kemudian menganalisis bahasa atau tutur yang bisadipakai wanita atau tutur yang bisa dipakai pria. Trudgill (dalam Sumarsono 2004: 3) mengungkapkan sosiolinguistik adalah bagian dari linguistik yang berkaitan dengan bahasa sebagai gejala sosia dan gejala kebudayaan.Bahasa bukan hanya dianggap sebagai gejala sosial melainkan juga gejala kebudayaan.Implikasinya adalah bahasa dikaitkan dengan kebudayaan masih menjadi cakupan sosiolinguistik, dan ini dapat dimengerti karena setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan tertentu.

Sebagai anggota masyarakat sosiolinguistik terikat oleh nilai-nilai budaya masyarakat, termasuk nilai-nilai ketika dia menggunakan bahasa. Nilai selalu terkait dengan apa yang baik dan apa yang tidak baik, dan ini diwujudkan dalam kaidah- kaidah yang sebagian besar tidak tertulis tapi dipatuhi oleh warga masyarakat. Apa pun warna batasan itu, sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasadan masyarakat.

Berdasarkan batasan-batasan tentang sosiolinguistik di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik itu meliputi tiga hal, yakni bahasa, masyarakat, dan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Sosiolinguistik membahas atau mengkaji bahasa sehubungan dengan penutur ,bahasa sebagai anggota masyarakat. Bagaimana bahasa itu digunakan untuk berkomunikasi antara anggota masyarakatn yang satu dengan yang lainnya untuk saling bertukar pendapat da berinteraksi antara individu satu dengan lainnya.

2.      Variasi Bahasa

Di dalam Linguistik, bahasa tidak hanya dipahami sebagai tanda saja tetapijuga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan sebagai bagian darikebudayaan masyarakat tertentu. Oleh karena itu, dalam penelitian yangberdasarkan ancangan sosiolinguistik akan memperhitungkan bagaimanapemakaiannya di dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.Maryono (2002: 18) membagi wujud variasi bahasa berupa idiolek, dialek,tingkat tutur (speech levels), ragam bahasa dan register. Penjelasan kelima variasibahasa tersebut dapat dijelaskan seperti berikut :

1.         Idiolek merupakan variasi bahasa yang sifatnya individual, maksudnya sifakhas tuturan seseorang berbeda dengan tuturan orang lain.Contoh : bahasa yang dapat dilihat melalui warna suara.

2.         Dialek merupakan variasi bahasa yang dibedakan oleh perbedaan asal penuturdan perbedaan kelas sosial penutur, oleh karena itu, muncul konsep dialekgeografis dan dialek sosial (sosiolek)Contoh :enyongberarti saya yang digunakan di daerah tertentu yaitu daerahbanyumasan.

3.         Tingkat tutur (speech levels) merupakan variasi bahasa yang disebabkan olehadanya perbedaan anggapan penutur tentang relasinya dengan mitra tutur.Contoh : kita memberikan sesuatu pada orang yang lebih tuamenggunakan bahasa yang berbeda dengan kita memberikan kepada temanyang sebaya.

4.         Ragam bahasa merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanyaperbedaan dari sudut penutur, tempat, pokok turunan dan situasi. Dalam kaitandengan itu akhirnya dikenal adanya ragam bahasa resmi (formal) dan ragam;bahasa tidak resmi (santai, akrab). Contoh : formal “ingkang kula hurmati” biasanya terdapat pada pembukaanpidato. Santai atau akrab : “nuwun yo” mengucapkan terimakasih pada teman sebaya yang sudah akrab.

5.         Register merupakan variasi bahasa yang disebabkan oleh adanya sifat-sifatkhas keperluan pemakainya, misalnya bahasa tulis terdapat bahasa iklan,bahasa tunjuk, bahasa artikel, dan sebagainya, dalam bahasa lisan terdapatbahasa lawak, bahasa politik, bahasa doa, bahasa pialang dan sebagainya. Contoh : “ijuk” adalah tambang yang dipasang di dinding goa yang digunakanuntuk menyebrang.

3.      Register

Konsep-konsep mengenai register yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan skripsi diterangkan dibawah ini, pertama adalah pengertian register dan yang kedua adalah bentuk register.Register merupakan ragam bahasa yang dipergunakan untuk maksud tertentu, sebahagai kebalikan dari dialek sosial atau regional ( yang bervariasi karena penuturnya) register ini dapat dibatasi menjadi lebih sempit dengan acuan pada pokok ujaran, pada media atau pada tingkat keformalan (Harman dan Stork dalam Alwasilah 1993 : 53).

Register menurut Halliday (1994 :54) merupakan konsep semantik yang dapat didefinisikan sebagai suatu susunan makna yang dihubungkan secara khusus dengan susunan tertentu dari medan, pelibat, dan sarana. Ungkapan susunan makna register termasuk juga ungkapan dari ciri leksiko gramatis dan fonologis yang secara khusus menyertai atau menyatakan makna-makna.

Register merupakan ragam bahasa berdasarkan pemakaianya, yaitu bahasa yang digunakan tergantung pada apa yang sedang dikerjakan dan sifat kegiatannya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses sosial yang merupakan proses macam- macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang. Register merupakan bentuk makna khususnya dihubungkan dengan konteks sosial tertentu, yang di dalamnya banyak kegiatan dan sedikit percakapan, yang kadang-kadang sering disebut dengan bahasa tindakan.

Register dipahami sebagai konsep semantik yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan susunan situasi tertentu. Konsep situasi menurut Halliday mengacu pada tiga hal, yaitu (1) medan (field), (2) pelibat (tenor), (3) sarana (mode). Medan mengacu pada hal yang sedang terjadi atau pada saat tindakkan berlangsung, apa sesungguhnya yang sedang disebutkan oleh para pelibat (bahasa termasuk sebagai unsur pokok tertentu). Pelibat menunjukan pada orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan dan peran mereka.Sarana menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi tertentu, seperti bersifat membunjuk, menjelaskan, mendidik, dan sebagainya.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa sosiolinguistik menjelaskan konsep register secara lebih sempit, yakni mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerjaan yang berbeda. Di samping itu register jugamerupakan variasi bahasa yang berbeda satu dengan lainnya karena kekhasan penggunannya. Berdasarkan pada situasi pemakaiannya Chaer (1995 : 90) menyatakan register merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya yang digunakan oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu sesuai dengan profesi dan perhatian yang sama.

Register sering dihubungkan dengan masalah dialek jika dialek berkenaan dengan bahasa yang digunakan oleh siapa, di mana, dan kapan, maka register berkenaan dengan bahasa itu dugunakan untuk kegiatan apa. Masyarakat di daerah tertentu memiliki dialek yang berbeda dengan daerah lain. Meskipun demikian, ada berbagai macam register yang muncul.Regiater tersebut disebabkan kegiatan masyarakat yang bermacam-macam.

4.      Bentuk Register

Register dibagi menjadi dua bentuk yaitu register selingkung terbatas dan register selingkung terbuka. Register selingkung terbatas maknanya sedikit, sifatnya terbatas jumlah kata dan maknanya terbatas sehingga beritanya terbatasdan tertentu, register ini merupakan yang tidak mempunyai tempat secara konkrit dalam masyarakat maupun dalam tataran individu dan kreativitas, karena sudah jarang dipakai.

Register selingkung terbuka mempunyai corak-corak makna yang berhubungan dengan register, bahasa yang digunakan dalam register yang lebih terbuka adalah bahasa tidak resmi atau percakapan spontan. Namun, register ini tidak ada situasi maknanya ada tingkat tertentu tidak ditujukan secara langsung selalu ada ciri yang dijelaskan ( Halliday 1994 : 53-55).

 

 

5.      Fungsi Register

Halliday (dalam Nababan, 1985 :42) menyebutkan bahwa fungsi register antara lain:

a.       Fungsi instrumental

Yaitu bahasa yang berorientasi pada pendengar atau lawan tutur. Bahasa yang digunakan untuk mengatur tingkah laku pendengar sehingga lawan tutur mau menuruti atau mengikuti apa yang diharapkan penutur atau penulis. Hal ini dapat dilakukan oleh penutur atau penulis dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang menyatakan permintaan, himbauan, atau rayuan.

b.      Fungsi interaksi

Yaitu fungsi bahasa yang berorientasi pada kontak antara pihak yang sedang berkomunikasi. Register dalam hal ini berfungsi untuk menjalin dan memelihara hubungan serta memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudahberpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, berkenalan, menanyakan keadaan, meminta pamit, dan lain sebagainya.

c.       Fungsi kepribadian atau personal

Yaitu fungsi bahasa yang berorientasi pada penutur.Bahasa digunakan untuk menyatukan hal-hal yang bersifat pribadi.Dalam hal-hal yang berkaitan dengan dirinya.

d.       Fungsi pemecah masalah atau heuristik

Yaitu fungsi pemakaian bahasa yang terdapat dalam ungkapan yang meminta, menurut, atau menyatakan suatu jawaban terhadap masalah atau persoalan.Bahasa yang digunakan biasanya sebagai alat untuk mempelajari segala hal, menyelidiki realitas, mencari fakta, dan penjelasan.Ungkapan-ungkapanyang digunakan dalam fungsi ini berupa suatu pertanyaan yang menuntut penjelasan atau penjabaran, misalnya “coba terangkan!”, “bagaimana proses kerja…?” dan sebagainya.

e.       Fungsi hayal atau imajinasi

Yaitu fungsi pemakaian bahasa yang berorientasi pada amanat atau maksud yang akan disampaikan. Bahasa dalam fungsi ini digunakan untuk mengungkapkan dan menyampaikan pikiran atau gagasan dan perasaan penutur atau penulis.

f.        Fungsi informasi

Yaitu pemakaian bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk memberi suatu berita atau informasi supaya dapat diketahui orang lain.

 


 

METODOLOGI PENELITIAN

A.  Bentuk penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati fenomena suatu bahasa pada suatu kurun waktu tertentu. Bentuk penelitian ini berupa kata-kata atau gambar yang diperlukan, bukan dalam bentuk angka (Mahsun, 2007: 86). Di dalam penelitian ini akan dideskripsikan mengenai bentuk dan fungsi register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati.

B.  Data dan sumber data

1.      Sumber data

a.       Pupulasinya yaitu seluruh nelayan yang tinggal di Kecamatan Dukuhseti Kebupaten Pati.

b.      Sampelnya yaitu sebagian dari nelayan yang tinggal di Kecamatan  Dukuhseti Kebupaten Pati.

c.       Informan atau orang yang diteliti adalah orang yang berprofesi sebagai nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kebupaten Pati.

2.      Data

Data penelitian ini berupa tuturan yang muncul dari percakapan antara para nelayan maupun nelayan dengan yang bekan nelayan.

C.  Metode pengumpulan data

1.      Metode simak observasi dan cakap.

2.      Teknik dasarnya adalah teknik sadap (simak) dan teknik Pancing (cakap).

3.      Teknik lanjutannya adalah teknik simak libat cakap dan teknik rekam (simak); teknik wawancara (cakap)

4.    Metode analisis data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan  untuk mengklasifikasikan, mengelmpokkan data (Mahsun, 2007: 229).  Metode analisis data pada penelitian ini adalah metode padan intralingual yakni menghubungbandingkan satuan lingual dengan unsur-unsur yang berada dalam bahasa. Teknik analisis datanya yaitu dengan teknik banding membedakan (HBB). Dalam penelitian ini, karena objek datanya berupa bahasa Jawa maka peneliti akan membandingkan dengan bahasa Indonesia.

PEMBAHASAN

Deskripsi data

Data 1

P          : prei menyang piye kang kok nek omah?

(lagi tidak berangkat menyang apa kang kok di rumah?)

MT       : iyo re, marai guyur terus e.

(iya, soalnya balik tanpa hasil terus)

Data 2

P          : Piye kang, nyarak ta ora re?

 (bagaimana kang, dapat ikan banyak tidak?)

MT       : Luwung kang, alhamdulillah.

 (lumayan kang, alhamdulillah)

Data 3

P          : Gene kang kok balik?

             (kenapa balik kang?)

MT       : ape jupuk wuwu sing ijeh nek omah, wong ape menyang wuwu re.

(mau mengmbil wuwu yang msih di rumah, soalnya mau menyang wuwu)

Data 4

P          : payange mbak dokok ndi mau?

             (payangnya kamu taruh di mana tadi?)

MT       : nek andinge basket iku lo kang.

             (di sampingnya basket kang.)

Data 5

P          : aku ape ning kali, ape ngapu karo ngedok.

             (aku mau ke sungai, mau ngapu dan ngedok)

MT       : melu a.

            (ikut dung)

P          : ora usah.

             ( tidak usah)

Data 6

P          : muleh gasik leh kang?

             (kok pulang duluan kang?)

MT       : iyo re, ape masang gundi karo andeman.

Data 7

P          : lehku ngetrol ndek ingi luwung iwake.

             (aku kemarein ngetrol lumayan dapat banyak ikaknnya)

MT       : nek ger ndi kang, aku tak melu.

             (Di sekitar mana kang, aku tak ikut)

P          : iyo ayo a, mangkat bareng.

             (iya ayo, berangkat bersama)

MT      : iyo.

             (iya )

 

Data 8

P          : ojo lali anjiri jaringe terus wei kelop.

             (jangan lupa anjiri jaringnya kemudian beri kelop)

MT       : wes kok, tapi seng pinggir tak wei ompal wong anjire entek.

             (sudah, tetapi yang pinggir tak beri ompal soalnya anjirnya habis)

Data 9

P          : lagi kiteng ya kang?

             (sedang kiteng kang?)

MT       : ora ah, tapi nyesek jaring iki lho.

             (tidak, tetapi sedang nyesek jaring)

Data 10

P          : tarik nganggo batek a payange?

             (tarik pakai batek ya payangnya?)

MT       : iwangi a.

 (bantuin dung)
P          : engko sek a, aku lagi noto bobo iki lho.

(nanti dulu, aku sedang menata bobo)

Data 11

P          : ntok bagen mberah kuwe?

             (dapat pembagian banyak kamu?)

MT       : yo luwung ah keno nggo mangan karo tuku jaring.

             (iya lumayan bisa buat makan dan beli jaring)

Data 12

P          : jaringku malah mbrodol, kuwe nggowo coban?

             (jaringku malah rusak, kamu membawa coban?

MT       : iku nek adah coban.

             (it di tempat coban)

Data  13

P          : wayah udan ngeniki menyang nyantrang yo gatok ya?

             (musim hujan begini, menyang nyantrang  pas ya?)

MT      : iyo kang, ketoke kok ngunu.

             (iya kang, sepertinya begitu)

Data 14

P          : bar ngetrol langsung netek yo.

 ( habis ngetrol langsung netek ya?)

MT       : yo, nek ora nok iwaku unggat wae lah.

             ( iya, kalau tidak ada ikannya unggat saja)

 

 

Tabel objek data register yang diperoleh

No

Bentuk Register

Makna

Kategori

1

Menyang

Berlayar dengan perahu untuk mencari ikan dan sejenisnya di laut

Verba

2

Menyang nyantrang

Mencari ikan di laut dengan jaring ukuran besar

Verba

3

Menyang wuwu

Mencari rajungan di laut dengan alat tertentu

Verba

4

Nyarak

Memperoleh ikan banyak

Nomina

5

Ngetrol

Mengangkat jaring setelah tawur

Verba

6

Netek

Mengambili ikan di jaring setelah ngetrol

Verba

7

Kiteng

Memperbaiki jaring yang rusak

Verba

8

Coban

Alat untuk kiteng

Nomina

9

Jaring

Alat yang biasanya terbuat dari senar yang digunkan untuk menangkap ikan

Nomina

10

Nyesek jaring

Mengganti sebagian jaring yang rusak dengan jaring yang baru

Verba

11

Wuwu

Alat untuk menangkap rajungan

Nomina

12

Basket

Tempat untuk menaruh ikan

Nomina

13

Bagen

Pembagian hasil menyang

Nomina

14

Gundi

Besi kecil yang digunakan sebagai pemberat yang ditaruh pada jaring

Nomina

15

Guyur

Kembali dari berlayar dengan perahu untuk mencari ikan dan sejenisnya di laut karena tak ada hasilnya (kembali tanpa membawa hasil)

Verba

16

Andeman

Batu yang digunakan sebagai pemberat pada payang

Nomina

17

Payang

Nama jaring yang digunkan untuk menyang nyantrang

Nomina

18

Ompal

Berupa bola yang digunakan sebagai tanda saat menempatkan posisi jaring di laut

Nomina

19

Anjir

Bendera kecil yang digunakan sebagai tanda saat menempatkan posisis jaring di laut

Nomina

20

Bobo

Alat yang digunakan untuk memancing berupa anyaman bambu yang diletakkan di batu karang

Nomina

21

Batek

Tali besar yang terbuat dari bundalan kain untuk menarik payang

Nomina

22

Ngapu

Membersihkan perahu dari kerak yang menempel pada perahu

Verba

23

Ngedok

Memperbaiki perahu yang rusak

Verba

24

Kelop

Lampu yang biasanya ditruh pada tanda bendera (anjir) agar jika malam hari dapat terlihat

Nomina

25

Unggat

Berpindah tempat dari posisi tawur yang pertama ke lokasi yang lain karena tidak ada hasilnya

Verba

26

Tawur

Menyebar jaring ke laut untuk menagkap ikan

Verba

 

Dari data pengelompokan data di atas, maka objek data yang diperoleh adalah berupa verba dan nomina.  Kemudian jika dibandingkan, register nelayan yang kemudian dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia mengubah bentuk lingualnya. Hal ini terlihat pada analisis data sebagai berikut.

No

Register

Satuan Lingual

Makna (padanan dalam bahasa Indonesia)

Satuan lingual

1

Menyang nyantrang

Frasa

Mencari ikan di laut dengan jaring ukuran besar

Klausa

2

Menyang wuwu

Frasa

Mencari rajungan di laut dengan alat tertentu

Klausa

3

Nyesek jaring

Frasa

Mengganti sebagian jaring yang rusak dengan jaring yang baru

Klausa

 

 

No

Register

Satuan Lingual

Makna (padanan dalam bahasa Indonesia)

Satuan lingual

1

Menyang

Kata

Berlayar dengan perahu untuk mencari ikan dan sejenisnya di laut

Klausa

2

Nyarak

Memperoleh ikan banyak

3

Ngetrol

Mengangkat jaring setelah tawur

4

Netek

Mengambili ikan di jaring setelah ngetrol

5

Kiteng

Memperbaiki jaring yang rusak

6

Coban

Alat untuk kiteng

7

Jaring

Alat yang biasanya terbuat dari senar yand digunkan untuk menangkap ikan

8

Wuwu

Alat untuk menangkap rajungan

9

Basket

Tempat untuk menaruh ikan

10

Bagen

Pembagian hasil menyang

11

Gundi

Besi kecil yang digunakan sebagai pemberat yang ditaruh pada jaring

12

Guyur

Kembali dari berlayar dengan perahu untuk mencari ikan dan sejenisnya di laut karena tak ada hasilnya (kembali tanpa membawa hasil)

13

Andeman

Batu yang digunakan sebagai pemberat pada payang

14

Payang

Nama jaring yang digunkan untuk menyang nyantrang

15

Ompal

Berupa bola yang digunakan sebagai tanda saat menempatkan posisi jaring di laut

16

Anjir

Bendera kecil yang digunakan sebagai tanda saat menempatkan posisis jaring di laut

17

Bobo

Alat yang digunakan untuk memancing berupa anyaman bambu yang diletakkan di batu karang

18

Batek

Tali besar yang terbuat dari bundalan kain untuk menarik payang

19

Ngapu

Membersihkan perahu dari kerak yang menempel pada perahu

20

Ngedok

Memperbaiki perahu yang rusak

21

Kelop

Lampu yang biasanya ditruh pada tanda bendera (anjir) agar jika malam hari dapat terlihat

22

Unggat

Berpindah tempat dari posisi tawur yang pertama ke lokasi yang lain karena tidak ada hasilnya

23

Tawur

Menyebar jaring ke laut untuk menagkap ikan

 

Dari pengelompokkan register menrut satuan lingualnya, kemudian membandingkan dengan maknanya, maka diperoleh perubahan bentuk dari satuan lingual frasa ke klausa dan kata ke klausa.

Dilihat dari bentuk dan fungsi register bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati adalah sebagai berikut.

Data 1

P          : prei menyang piye kang kok nek omah?

(lagi tidak berangkat menyang apa kang kok di rumah?)

MT       : iyo re, marai guyur terus e.

(iya, soalnya balik tanpa hasil terus)

Pada data di atas, ditemukan register berupa menyang dan guyur. kata menyang termasuk dalam bentuk register selingkung terbuka karena yang mengetahui itu tidak hanya dari kalangan nelayan tetapi masyarakat yang bukan nelayan juga tahu. Sedangkan untuk guyur termasuk selingkung terbatas karena masyarakat umum tidak tahu.

Register menyang memiliki fungsi heuristik, sedangkan untuk kata guyur memiliki fungsi informatif

Data 2

P          : Piye kang, nyarak ta ora re?

 (bagaimana kang, dapat ikan banyak tidak?)

MT       : Luwung kang, alhamdulillah.

 (lumayan kang, alhamdulillah)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa nyarak. Kata nyarak ini termasuk dalam bentuk register selingkung terbuka.

Register nyarak ini memiliki fungsi informatif.

 

Data 3

P          : Gene kang kok balik?

             (kenapa balik kang?)

MT       : ape jupuk wuwu sing ijeh nek omah, wong ape menyang wuwu re.

(mau mengmbil wuwu yang msih di rumah, soalnya mau menyang wuwu)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa wuwu dan menyang wuwu. Kata wuwu termasuk dalam selingkung terbatas dan frase menyang wuwu juga termasuk dalam register selingkung terbatas. Hal ini karena kata dan frasa yang telah disebutkan hanya digunakan dalam bahasa para nelayan.

Register wuwu dan menyang wuwu memiliki fungsi heuristik atau pemecah masalah.

 

Data 4

P          : payange mbak dokok ndi mau?

             (payangnya kamu taruh di mana tadi?)

MT       : nek andinge basket iku lo kang.

             (di sampingnya basket kang.)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa payang dan basket. Kata payang dan basket tidak dikenal masyarakat pada umumnya, sehingga termasuk dalam regiser selingkung terbatas.

Fungsi register payang dan basket sebagai fungsi heuristik atau pemecah masalah.

 

Data 5

P          : aku ape ning kali, ape ngapu karo ngedok.

             (aku mau ke sungai, mau ngapudan ngedok)

MT       : melu a.

            (ikut dung)

P          : ora usah.

             ( tidak usah)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupangapu dan ngedok.  Kata ngapu dan ngedok tetmasuk dalam register selingkung terbatas karena tidak banyak dikenal oleh masyarakat umum dan hanya para nelayan dan mungkin keluarga nelayan itu sendiri.

Register ngapu dan ngedok memiliki fungsi informatif.

 

Data 6

P          : muleh gasik leh kang?

             (kok pulang duluan kang?)

MT       : iyo re, ape masang gundi karo andeman.

             (iya, mau masang gundi dan andeman)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa gundi dan andeman. Kata gundi dan andeman termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas karena kata ini tidak banyak diketahui oleh masyarakat uumnya.

Register gundi dan andeman memiliki fungsi heuristik.

 

Data 7

P          : lehku ngetrol ndek ingi luwung iwake.

             (aku kemarin ngetrol lumayan dapat banyak ikannya)

MT       : nek ngger ndi kang, aku tak melu.

             (Di sekitar mana kang, aku tak ikut)

P          : iyo ayo a, mangkat bareng.

             (iya ayo, berangkat bersama)

MT      : iyo.

             (iya )

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa ngetrol. Kata ngetrol ini termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas karena hanya dipakai oleh para nelayan di bidangnya.

Fungsi register ngetrolini adalah fungsi heuristik.

 

Data 8

P          : ojo lalianjiri jaringe terus wei kelop.

             (jangan lupa anjiri jaringnya kemudian beri kelop)

MT       : wes kok, tapi seng pinggir tak wei ompal wong anjire entek.

             (sudah, tetapi yang pinggir tak beri ompal soalnya anjirnya habis)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa kata anjir, kelop, dan ompal. Kata-kata ini termasuk dalam bentuk register seligkung terbatas karena hanya diketahui oleh para nelayan saja.

Register anjir, kelop, dan ompal memilki fungsi heuristik.

 

Data 9

P          : lagi kiteng ya kang?

             (sedang kiteng kang?)

MT       : ora ah, tapi nyesek jaring iki lho.

             (tidak, tetapi sedang nyesek jaring)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa kata kiteng dan frasa nyesek jaring. Kata dan frasa ini termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas karena pekerjaan ini hanya dilakukan oleh para nelayan saja, sedangkan masyarkat umum tidak.

Register kiteng dan nyesek jaring memilki fungsi informatif.

 

Data 10

P          : tarik nganggo batek a payange?

             (tarik pakai batek ya payangnya?)

MT       : iwangi a.

 (bantuin dung)
P          : engko sek a, aku lagi noto bobo iki lho.

(nanti dulu, aku sedang menata bobo)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa batek dan bobo. Kata batek dan bobo  termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas karena masyarakat umum tidak mengenal kata ini.

Register batek dan bobo memilki fungsi heuristik.

 

Data 11

P          : ntok bagen mberah kuwe?

             (dapat pembagian banyak kamu?)

MT       : yo luwung ah keno nggo mangan karo tuku jaring.

             (iya lumayan bisa buat makan dan beli jaring)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupa bagendan jaring. Kata bagen dan jaring masih dikenal oleh masyarakat umum, sehingga termasuk dalam bentuk register selingkung terbuka.

Register bagen memiliki fungsi informatif, sedangkan register jaring memiliki fungsi heuristik.

 

Data 12

P          : jaringku malah mbrodol, kuwe nggowo coban?

             (jaringku malah rusak, kamu membawa coban?)

MT       : iku nek adah coban.

             (itu di tempat coban)

Pada data di atas, ditemukan register berupa coban. Coban selain dikenal oleh para nelayan bahasa itu juga di kenal oleh sebagian besar masyarakat. Oleh karena itu termasuk dalam bentuk register selingkung terbuka.

Regster coban memilki fungsi heuristik.

 

Data  13

P          : wayah udan ngeniki menyang nyantrang yo gatok ya?

             (musim hujan begini, menyang nyantrang pas ya?)

MT      : iyo kang, ketoke kok ngunu.

             (iya kang, sepertinya begitu)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupamenyang nyantrang. Frase ini hanya dikenal dalam bahasa para nelayan. Oleh karena itu, termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas.

Register menyang nyantrang memilki fungsi informatif.

 

Data 14

P          : bar ngetrol langsung netek yo.

 ( habis ngetrol langsung netek ya?)

MT       : yo, nek ora nok iwaku unggat wae lah.

             ( iya, kalau tidak ada ikannya unggat saja)

 

Pada data di atas, ditemukan register berupanetek dan unggat.  Kata netek mungkin dikenal oleh masyarakat  Kecamatan Dukuhseti tetapi di bidang yang berbeda dan mempunyai makna yang berbeda. Sedangkan kata unggat sendiri hanya dikenal oleh para nelyan saja. Oleh karena itu, kedua kata ini termasuk dalam bentuk register selingkung terbatas.

Register netek dan unggat memilki fungsi informatif.

 

 


 

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai ragister bahasa nelayan di Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati, maka ditemukan beberapa register  yang berupa kata dan frasa yakni menyang, menyang nyantrang, menyang wuwu, nyarak, ngetrol, netek, kiteng, coban, jaring, nyesek jaring,  basket, bagen, gundi, guyur, andeman, payang, payang, ompal, dan anjir, bobo, batek, ngapu, ngedok, kelop, unggat, dan tawur.

Register yang ditemukan dalam data penelitian ini berupa kategori nomina dan verba, dengan satuan lingualnya berupa kata dan frasa. Kemudian jika dibandingkan atau dipadankan dengan bahasa Indonesia, regster yang berupa kata dan frasa tersebut menjadi klausa. Fungsi dominan yang terdapat pada register ini adalah fungsi heuristik atau pemecah masalah dan fungsi informatif.

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

 

Mahsun. 2007. Metode penelitian bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa

Bandung.

 

Halliday, 1994. Terjemahan Bahasa, Konteks, dan Teks. Aspekaspek Bahasa Dalam Pandangan Semiotik Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

 

Ibrahim, Abdul Syukur. 1995. Sosiolinguistik Sajian Tujuan Pendekatandan Problema-problema. Surabaya: Usaha Nasional.

 

Nababan, P. W. J. 1991. Sosiolinguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

 

Soertiawan, Arief. “Register dalam Interaksi di Bengkel Motor Raja Pajang Surakarta. (online).

(http://soertiawan.blogspot.com/, diakses pada 12 Desember 2014).

Karmana, Devy Elfayanti. 2013. “Register Di Kalangan Remaja Pada Tabloid Gaul dan Asian Plus”. (online).

(http://repository.upi.edu/3716/4/S_IND_0906284_CHAPTER1.pdf, diakses pada 12 Desember 2014).

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS CERPEN “KEMARAU” KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PENDEKATAN STILISTIKA

Sepi